Dibawah kaki langit pesawat lalu lalang. Ruang teduh,
ruang nyaman. Ruangan dengan warna memar. Lubang-lubang ventilasi kecil di
dekat langit-langit tinggi itu membawa bocoran harum yang mungkin berasal dari
istana megah didekat beranda surga rumah tua. Aku dan belasan kepala remaja
menekuri lantai, dan ada juga yang terlentang menatap langit-langit ruang.
Sabtu ini cuaca cerah. Seperti biasanya kami mebersihkan
kamar tua bersama-sama, aktivitas pedagang soto dipinggir jalan dan batang
pohon pepaya yang roboh sudah menjadi pemandangan kami setiap pagi.
Rumah tua yang menjadi tempat tinggal kami tidak
terlalu jauh dari rel kereta, keramaian burjo, dan angkringan disekitar kampus
putih UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hanya saja gedung-gedung yang menjulang
tinggi membuat tempat kita tidak terlihat. Rumah tua ini seperti kado spesial
dari Tuhan yang sengaja dihadiahkan untuk persaudaraan kami. Rumah tua yang menjadi
tempat berlabuh untuk menjadi kebanggaan keluarga kami.
“Chori..Chori..Chupke..Chupke”. Music india chori chori chupke chupke terdengar dari kamar Rifky
yang berukuran 3x3 meter. Mendengar musik tersebut kami bernyanyi nyaring di
dalam ruangan . Untuk memuaskan keinginan kami bernostalgia bahwa ketika masa
kecil kedua orangtua kami sering menonton dan mendengarkan lagu itu. Setelah
selesai beres-beres , kami bersantai dengan menonton sinetron Ftv dan lotis.
Tetapi ada satu orang yang unik di ruangan ini. Sebut saja namanya Narasoma.
Badannya kurus, matanya tajam, dan Dia termasuk orang idealis, tidak
memperdulikan penampilan, dan selalu saja membuat kita tersenyum dengan
kekocakan ditambah dengan kebiasaannya mengkonsumsi minuman kopi. Dia memang
unik dan memiliki intlektual yang tinggi di bidang fisika. Saat ini Dia sibuk
mengurusi dimensi ruang dan waktu untuk tugas akhirnya. Pagi, siang, dan malam
sudah menjadi rutinitasnya untuk bertapa didalam kamar. Bukan karena dia ingin
menjadi dukun sakti ataupun seperti pandawa dicerita pewayangan, hanya saja dia
gemar dengan menyibukkan dirinya dengan berjubel buku yang tebal berbahasa
inggris dan secangkir kopi. Sampai saat ini Dia mampu menjadi asisten dosen dan
contoh yang baik untuk teman-temannya. Dan Dia tidak pernah mengenal lelah
meski harus mengayuh sepeda ke UGM dan UIN setiap harinya.
Lain hal dengan Ketua EXACT (sebuah Lembaga Riset dan Pengembangan
Akademik) di UIN Sunan Kalijaga. Dia adalah Dayat, berparas tampan
seperti artis jepang. Kesibukannya saat ini membuat aku dan kawan-kawan di
rumah tua ini bergairah untuk mewujudkan cita-cita. Kuliah pagi dan pulang
malam sudah menjadi kebiasaan yang dilaluinya. Adab yang tinggi dan
kegemarannya membaca riset dan jurnal menghantarkannya menjadi juara dalam
kepenulisan karya ilmiah. Dia dingin, tetapi bersahaja. Dia pemalu, tetapi
penuh dengan ide dan wacana. Ditambah dengan ibadah 5 waktunya yang tidak
pernah terputus secara berjama’ah dan qyamul lailnya disepertiga malam seakan
menambah anugerah yang diberikan Tuhan kepadanya.
Saat sedang asik menyisir rambut, tiba-tiba terdengar suatu suara dari arah
dapur, “Yud....... ambil sampah didekat barbel”. Logatnya sundais, dan Dia
adalah sahabat yang selalu berbagi. Bersahaja, dewasa, lembut, meski terkadang
menyebalkan dengan sindirannya buat anak-anak pemalas. Terlihat keikhlasan dan
kesabarannya untuk menjaga persatuan dirumah tua ini. Rifky, inilah
panggilan akrabnya. Pemuda luar biasa yang berdarah sukabumi ini adalah pekerja
keras dan pemikir masa depan. Tidak tampak kecerobohan sedikitpun dalam
dirinya. Selalu saja ada usaha dan bisnis untuk mewujudkan impiannya. Dari
pedagang Pisang Coklat, karyawan designer di percetakan, sampai pada
akhirnya mendirikan sebuah lembaga pembelajaran bahasa arab dan bahasa inggris
dengan temannya Imam. Dia sudah senior di rumah tua ini, kesibukannya
saat ini adalah membaca buku, belajar design, futsal, mengamati perpolitikan
dan dunia sepak bola, bahkan dia menulis sebuah buku “Gula-Gula Part_Time”.
.......(Bersambung dulu ya)
Social Widget